caleg bekasi - Kita susah menyanggah opini Steinberg serta karenanya juga, timbulnya banyak calon anggota legislatif (calon legislatif) dari kelompok artis menggelisahkan kader-kader partai tempat sang artis daftarkan diri menjadi calon legislatif. Kenapa demikian? Salah satunya jawabannya, sang artis sering tampil di tv, baik menjadi bintang iklan, pemain sinetron, ataupun pembawa acara. Seringkali tampil di monitor kaca sama dengan menjulangnya popularitas.
Seorang dengan popularitas yang tinggi memanglah belum pasti tunjukkan kualitas yang tinggi juga sebab popularitas tidak ekuivalen dengan kualitas. Akan tetapi, buat seseorang calon legislatif, popularitas adalah modal awal untuk menarik suport, terpenting dari kelompok pemilih yang kurang gawat.
Karenanya, begitu lumrah banyak kelompok -terutama yang miliki tekad keras menjadi presiden misalnya- beriklan dengan intens di tv. Maksudnya, mengangkat popularitas. Menurut beberapa survey, tv adalah alat yang sangat efisien serta efektif untuk mengangkat popularitas.
Alami Peralihan
Lihat fakta itu, saya meyakini, skema kampanye politisi akan alami peralihan yang berarti, dari kampanye mode lama (dengan membuat panggung hiburan di lapangan, reli di berjalan-jalan, serta rapat besar) ke kampanye mode baru (beriklan di tv).
Ada beberapa keringanan saat seorang beriklan lewat tv. Pertama, dapat dibikin dengan pas sesuai dengan tekad. Sebab tidak disiarkan langsung (live), iklan dapat didesain serta dikerjakan proses perekaman yang berkali-kali sampai temukan langkah serta style yang terbagus.
Dalam iklan di tv, beberapa politisi dapat terlepas dari kesalahan-kesalahan yang mungkin gampang berlangsung waktu kampanye di panggung seperti keseleo lidah, penampilan yang kurang fit, serta gesture badan yang berkesan norak. Diluar itu, dengan beriklan di tv, muka yang kurang menarik dapat dipoles dengan make-up mencukupi.
Ke-2, lebih efektif. Walau pemungutan gambarnya (shooting) hanya sekali, iklan dapat disiarkan berulang-kali dengan bermacam macam. Tv terus-terusan mengiklankan sang politisi -sesuai kontrak tentunya-, walau sang politisi entahlah ada dimana. Bahkan juga saat sang politisi tidur pulas juga, iklan masih jalan.
Murah
Ke-3, tambah murah. Banyak kelompok memiliki pendapat, iklan di tv dapat habiskan dana yang besar sekali. Opini itu benar tetapi kurang pas. Benar jika tarif iklan di tv relatif mahal. Akan tetapi, bila dibanding dengan pekerjaan kampanye di dalam lapangan dengan mendatangkan beberapa ratus atau bahkan juga beberapa ribu orang, iklan di tv tambah lebih murah. Ingin bukti? Mari kita kalkulasi.
Tarif iklan di tv dengan waktu 60 detik, contohnya, dibandrol Rp 40 juta. Bila menurut survey tiap-tiap siaran tv akan dilihat minimum 40 juta orang, harga per pemirsa sama juga dengan satu rupiah. Dengan beriklan di tv, sang politisi (calon) dapat masuk semua ruangan (baik publik ataupun privat) yang disana ada tv. Bila ditambah lagi biaya produksi iklan Rp 25 juta, cost keseluruhnya ''hanya" Rp 65 juta.
Coba banding, contohnya, dengan membuat kampanye di lapangan. Untuk menyelenggarakannya, diperlukan panitia yang siap kerja keras. Untuk kesempurnaan acara, diperlukan waktu cukuplah untuk merancangnya. Bila yang akan ada direncanakan empat ribu orang, berapakah biaya yang dikeluarkan untuk transportasi serta mengkonsumsi.
Bila untuk tiap-tiap orang dianggarkan Rp 25 ribu, akan bertemu cost Rp 100.000.000 (Rp 25.000 x Rp 4.000). Itu baru cost untuk mendatangkan peserta kampanye. Bila ditambah cost sound sistem, atribut-atribut kampanye, serta honorarium panatia, sisi keamanan, tukang parkir, dan sebagainya, keseluruhnya cost dapat membengkak sampai Rp 150 juta.
Bila mesti didatangkan juga beberapa artis untuk menyemarakkan situasi, begitu besar cost yang perlu dikeluarkan untuk sekali kampanye yang ''hanya" di hadiri empat ribu orang!
Bila tiap-tiap calon mengerti seutuhnya dengan keunggulan iklan di tv, saya meyakini, medan kampanye yang sampai kini banyak terkonsentrasi di panggung hiburan, podium-podium, serta arak-arakan di berjalan-jalan akan berubah ke ruangan kantor, ruangan tamu, mobil-mobil yang tengah berjalan, kamar-kamar hotel, kamar tidur, bahkan juga di tiap-tiap genggam beberapa pemilih handphone tv.
Lihat fakta demikian, lumrah pada hari-hari ini banyak politisi yang beriklan di tv seperti Soetrisno Bachir, Rizal Mallarangeng, serta Prabowo Subijanto. Calon kepala daerah (calon bupati, wali kota, gubernur) juga mulai intens beriklan di monitor kaca. Kesannya memang wah serta mahal. Walau sebenarnya, bila dibanding dengan kampanye ''live" di panggung hiburan serta di berjalan-jalan, ongkosnya tambah lebih murah, lebih efisien.